Ketabahannya dalam memahami hidup, serta kompleksnya jalan hidup yang beliau jalani, membawanya pada sebuah kedewasaan hidup, Beliau tahu bagaimana membaca sikap orang –orang disekitarnnya, beliau paham dan maklum cara berpikir orang –orang disekitarnya, beliau tahu persis, siapa saja orang-orang yang selama ini punya kepentingan dan hanya memanfaatkan situasi pribadinya. Namun semua itu tak pernah ia hiraukan, tak pernah sedikitpun untuk memcoba memerangi situasi tersebut, tak hendak juga kepada Rekans, musuh, tetangga, anak, kerabatnya, ia hanya berfikir dan coba memperkaya wawasan bathinnya, dengan tetap memegang amanah Allah, keluarga adalah satu-satunnya yang harus ia rangkul, ia nafkahi, ia bukakan dan dekatkan jalan menuju Allah. Semua ini tercermin dari sosoknya, dari cara beliau berjalan, dari lemah lembut suaranya, dari semua yang ia pancarkan lewat bahasa tubuhnnya, inilah sosok yang sudah lama kami kenal dan sudah banyak bersosialisasi sepanjang lahirnya komunitas kami, kami memanggilnya dengan sebutan Pak Bais.
Seorang mantan Guru, yang dimasa pensiunnya lebih banyak mengembangkan dan mengelola Rumah Makan. Rekan seprofesi dan sama-sama menjadi tetangga kami, Pak Abdullah Wali pernah bertutur bahwa sikap dan jiwa pendidik beliau sangat punya nilai bagi hampir semua murid-murid yang pernah belajar dengan beliau, salah satu yang menjadi bukti bahwa mantan murid beliau semasa beliau mengajar di Padang dan Palembang, yang saat ini menjadi tetangga Beliau, adalah juga seorang Guru, sebut saja namanya Pak Gani, yang punya kapabiltas yang memang perlu diajungi jempol, Mengapa ? selain mantan murid beliau tegas, juga punya daya social tinggi dilingkungan komunitas sangray, kepeduliannya terhadap perekembangan remaja di lingkungan tempat tinggalnya, telah menghasilkan sebuah motivasi kepada adik-adik Remaja, tidak sekedar belajar mengungkapkan pikiran, tapi juga cara berbicara lugas, Berisi, Kritis , tegas serta punya arah yang jelas. Inilah yang kami catat sebagai benang merah dari sosok dan buah pikiran dari seseorang yang kami kenal sebagai Pak Bais. Terkadang kami maupun orang lain, kurang menghargai terhadap peran orang lain bagi kemajuan diri pribadi, ibarat Daun sereh ataupun daun salam, saat kita butuh sesuatu sebagai penyedap, misal saat membuat nasi uduk, maka kedua bahan ini paling dicari untuk dijadikan pelengkap bagi harum dan nikmatnya panganan tersebut, namum tatkala sudah kita santap semua panganan tersebut sampai habis, tak hayal yang paling terpinggrkan diatas piring adalah tinggal daun sereh dan daun salam.Kini beliau telah beusia 73 tahun, tahun kegembiraan yang pernah beliau hadirkan adalah saat kami sama-sama bergembira diacara family gathering komunitas Sangray, Juni 2008 memberi kenangan tersendiri, tidak hanya special buat kami, namun sekali lagi beliau juga memberi kehangatan bagi keluarga beliau, ketulusan dan keikhlasan beliau untuk hadir diacara tersebut, sekaligus mengawal putri bungsu beliau yang masih sekolah, terasa larut pada suasana pedesaan dan lingkungan yang alami dan asri di pondok maos. Dukungan lain yang beliau juga hadirkan adalah saat hadir dan memberi ucapan selamat kepada Ketua RT terpilih periode 2008 – 2011.
Tatkala mendengar berita bahwa Beliau jatuh Sakit, kami Sock, karena sepanjang memori kami, beliau sehat dan tidak punya penyakit yang membawanya sampai ke ruang opname, sungguh semenjak sakit dan terserang Stroke, kebersamaan kami menjadi berkurang, tangan kiri beliau terkena stroke dan tak bisa diangkat layaknnya semasa beliau sehat, kata-kata yang diucapkan pun hampir tidak jelas, kurang focus, namun ingatannya untuk Rekan-rekan yang hadir saat besuk, luar biasa, sorot matanya seperti anak panah yang mengarah ke kami, seolah kebersamaan yang sudah dibangun hampir 18 tahun bersama kami, tak ingin Beliau tinggalkan begitu saja, Namun Allah berkendak lain, tekanan darah yang terus menerus turun hingga di angka 50, tak punya pilihan lain, salah satu tetangga kami, Pak Abdullah, Pak Hanung, Ibu Nursigit suster di RSPP, dan Dr. Rivai segera kami panggil saat saat kritisnya beliau di rumah yang dihuninya bersama istri, anak, dan mantu. Upaya kami membawa beliau ke Rumah sakit terdekat, tidak membawa hasil, ALLAH telah memanggilnya lebih dahulu, saat perjalanan mobil kami merapat dijalanan menuju Ganda Agung, Tarikan nafas terakhir sempat kami dengar, seolah ucapan salam terakhir beliau, Beliau rebah dipangkuan istrinya, menghadap sang Pencipta, saya, Pak Dr. Rivai, bersama Mobil yang dikendarai Pak Ari Nurwanto, kembali menuju Rumah Almarhum, diiringi isak tangis, Istri, dan dua anak beliau Ajid, dan nadia dalam satu Mobil. Saat itu jam menunjukan angka 20:15 Wib, tanggak 14 Maret 2009.
Innalillahi Wa Inalillahi Rojiun, Selamat Jalan Pak Bais, Semoga engkau mendapat tempat yang layak disisiNya, dan mendapat ampunan atas segala dosa yang disengaja maupun yang tidak, kami adalah rangkaian yang suatu saat akan juga kembali kepangkuanNYA, Selamat jalan Pak Jamahir, belakangan baru kami tahu, bahwa Jamahir adalah nama asli beliau, Pak Bais adalah nama orang tua Beliau., Maafkan kami. Amin
0 komentar:
Posting Komentar