Hal yang paling membekas dari
masa kecil kami adalah saat-saat harus
berangkat ngaji, bareng temen-temen, setiap habis magrib, tentu saja kesenangan
kami bukan pada ilmu al qurannya pada saat itu, tapi lebih kepada
kumpul-kumpul dan becandaan selepas
ngaji, karena kalau diingat-ingat kembali, tempat ngaji kami adalah sebuah
ruangan yang tidak terlalu besar, dan letaknnya dekat dengan tempat mandi dan wc umum milik Asrama Polisi,
yang sengaja diizinkan oleh kepala asrama untuk dibangun dan dipergunakan untuk
anak-anak mengaji. Bukan tanpa kendala mengaji di Musollah tersebut, selain
aliran listrik yang dipusatkan hanya pada satu Gardu di kantor asrama, yang
pada waktu itu, satu aliran listrik dibagi untuk semua tempat tnggal di asrama
, ada sekitar 150 rumah yang aliran listriknya dibagi rata. Sehingga kejadian
mati lampu sering kali terjadi, karena panasnya gardu , akibatnya mengaji
dengan menggunkan lilin atau Petromak, atau semprong lampu sering kami alami.
Dengan penerangan yang terkadang gelap dan antrian menunggu dari temen-temen
lain untuk mengaji dihadapan pak Ustad. Pak Ustad Momon, biasa kami paanggil, Diantara
waktu itulah, kami dan sebagian temen-temen mengaji, terkadang menggunakan
waktu untuk mengkaji pelajaran dihari kemarin , namun ada juga dari temen
lainnya yang menggunakan waktunnya untuk bercandaan dengan temen lainnya
sebelum dapat giliran mengaji didepan pak ustad. Maklum karena Pak Ustad, yang
masih bujangan, mengajar tanpa assiten, dengan begitu banyak santri yang
mengaji, tak semua bisa dikontrol dan diawasi oleh beliau, yang bisa membantu
adalah dari kakak kelas yang sudah mengaji di tingkat al quran, sementara
kami-kami masih belajar dari ABATASAnya Quran, waktu itu usia kami masih
dikelas 2 hingga 5 SD. Namun demikian bukan tak ada yang membanggakan kami
mengaji ditempat tersebut, kami bangga mengaji ditempat tersebut, karena ada
temen kami yang menjuarai lomba baca al quran di tingkat kelurahan, Kak Iwan dan
Nurjanah, kami memanggilnya, mereka berdua sering menjuarai acara lomba baca al
quran ditingkat kelurahan.
Inilah benang merah yang memberikan motivasi bagi
semua santri mengaji disana bahwa belajar dengan sungguh-sungguh akan membawa
kepada kebutuhan kami kelak saat dewasa nanti, selain memberikan kebanggan
kepada orang tua, keluarga, tapi kepada lingkungan dan temen-temen kita. Tak
ada yang tak memberi bekas mengaji disana, sebagai muslim dan sesama muslim
yang terbaik adalah bisa saling mengingatkan sesama muslim bahwa Al Quran dan
islam tentu petunjuk yang sudah diturunkan oleh Allah SWT, lewat nabi Muahammad
SAW, yang menjadi pegangan dan jalan hidup di dunia dan kelak kembali ke
haribaan Allah SWT, sang pencipta semua makluk.
Lantas apa hubungannya dengan Masjid Abudzasr Al Ghiffari yang di
disebutkan dalam judul tulisan ini.
Masjid Abudzar
Al Ghiffari At Taqwa adalah masjid yang letak , dan sekarang sudah dibangun
dari tanah Fasum serta fasos ini, terlihat sudah gagah dan berdiri di
lingkungan kami sekarang tinggal dan berumah tangga, sejak tahun 2005, dengan
luas lahan hampir sekitar 600 m2, dengan fasilitas yang cukup memadai untuk
ibadah dan madrasah bagi anak-anak. Ibu-ibu dan bapak bapak dilingkungan kami.
Masjid Abudzar yang punya historis dari awal Musollah kecil Al Taqwa , kemudian
banyak perubahan disana-sini sehingga sekarang berdiri dan menjadi sebuah masjid Jami pengganti dari
Musolah tersebut, fasilitasi ruangan sudah dilengkapi dengan Toilet, tempat
wudhu, pengeras suara, mimbar dan tentunya Pengurus DKMnya. Misi dan visi dari
pengelolaan masjid, adalah bagiaan yang menjadi area dan ranah kerja dari Para
Pengurus Masjid Abudzar al Ghiffari at Taqwa, bagaimana kedepan masjid ini bisa
menaungi dan mengayomi umat muslim di sekitarnnya, tentunya menjadi keinginan
banyak orang dan mimpi para jamaah yang
menyandarkan aspek kegiataan beragamanya pada dinamika masjid ini. Masjid
yang mempunyai jamaah dari Lingkungan Rt.05, Rt. 08 dan Rt-09 serta masih
ditambah jamaah dari Lingkungan RW.05, yang rumah tinggalnya berdekatan dengan
komplek masjid ini. Terasa “keramaain” masjid ini bila hari jumat datang, ibadah
sholat Jumat yang diselenggrakan Pihak pengurus masjid ini, akan mengundang
para jamaah dari sekitar Rt.05, Rt.08 ,Rt09 dan sekitar wialyah Rw.05 dengan
panggilan azannya via pengeras suara masjid, yang cukup terdengar dan mampu
menginformasikan kegiatan-kegiatan masjid seperti informasi tibanya waktu-waktu
sholat wajib dengan tepat waktu, informasi wafatnnya salaah satu jammaah atau penduduk
disekitarnnya, bahkan sekelas acara Tabliq Akbar besarpun pernah diselenggrakan
dimasjid ini dengan Dai-dai Kondang dari Ibukota Jakarta. Jika seluruh layanan
basic masjid ini bisa terpenuhi dan
dirasakan pihak warga dan masyarakat sekitar, sudah barang tentu, upaya
pengurus masjid memberikan yang terbaik kepada jamaah akan menunai kebaikan
yang barokah bagi kemajuan dan perkembangan masjid kedepan. Misal pengelolaan
zakat, sodagoh dan infak, pengeloaan yang sifatnnya pembelajaran , pendidikan
bagi jamaah, Baca Quran, kajian Islam, Majelis Taklim, pengelolaaan dana
masjid, membeentuk wadah kegaitan untuk remaja masjid, pendirian TPA, dan
fungsi-fungsi masjid lainnya akan menyemangati dan mendorong kemajuan islam di
masjid abudzszar kelak. Inilah kenapa seorang muslim harus bangga terhadap
masjidnya dan harus punya mimpi menjadikan masjid seperti yang dicontohkan
Rasullullah SAW. Sebaigamana salah satu Hadist Nabi, yang disampaikan oleh Imam
Bukhari dari riwayat Ustman Bin Affan “ Sebaik-baik kalian adalah orang yang
belajar Al Quran dan mengajarkannya” atau hadist yang sama tetapi beda
redaksinnya “ Sesungguhnya orang yang
paling utama diantara kalian, adalah orang yanag belajar Al Quran dan
Mengajarkannya “. Ada 2 hal yang bisa kita petik dari hadist diatas, yakni
2 amalan, Belajar dan mengajarkannya.
Dua hadist
tersebut yang saat ini dterapkan oleh para pembina dan pengasuh sebuah tempat
pendidikan Al Quran, yang letaknnya tidak jauh dari Masjid Abudzar Al Ghiffari
At Taqwa , kedua tempat pendidikan ini, walau terbatas dari segi tempat namun
mereka sudah mampu mengikuti dan meneladani ajaran islam dan rasulnya, paling tidak mereka telah
menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan keberagamaan islam orang lain.
Bahkan mereka sudah mampu menularkan metode belajar dan kajian islamnya kepada
orang lain. Dengan jumlaah santri yanag berbeda dari keduanya, namun manfaat
dan binar-binar sinar ajaran islam, sudah ikut memberikan Auora dan Semangat di Lingkungan Masjid Abudzar Al Ghiffari At
Taqwa. Bisa kami sebut salah satunya adalah taman pendidkan RUMAH SAHABAT AL
QURAN ( RSQ ) yang di kelola sepasanga
suami Istri lulusan dari LIPIA Jakarta, yakni Bpk Ustad Nuhakim Zaki Jaffar LC
dan istrinya, yang seorang Hafidzoh,
taman pendidikan ini dengan santri hampir 250 orang, dengan pilihan
program, waktu dan kurikulum
pendidikan seperti Tahfidz Anak,
Pesaantren Sabtu,Tahsin Dewasa, Tahfidzh Dewasa dan bahasa Arab, dengan
semboyannya “ Mempelajari Al Quran kini makin Mudah!, dengan guru-guru yang
potensi dan punya kapasitas seperti Ummu Aisyah dan Ibu Ina. Pernah satu kali
kami memperhatikan dan melihat kegiatan taman RSQ ini saat menggunakan tempat di masjid Abudzar Al
Ghiffari untuk kegiatan Murojaah bagi anak-anak didiknya, dengan membawakan dan
latihan menghapal surat Al Fajr ( 30 ayat ) serta surat Al Balad ( 20 ayat
). Sumbangsih kegiatan-kegiatan siar
islam ini tidak hanya terbats pada taman RSQ ini saja, yang lebih dahulu ada
dilingkungan masjid seperti Taman Pendidikan Al Quran RAUDAHTU AL JANNAH, juga
melengkapi sumbangsihnya bagi anak-anak disekitar lingkungan masjid, dengan
program IQRO dan Juzz Amma serta Al Qurannya. Taman pendidikan ini lebih kepada
Tajwid , membaca secara tartil dan membaca Quran dengan metode yang diasuh oleh
sepasang suami istri juga, yakni Bapak Ustad Akhmad Rifqi dan Umi Nurhikmah,
istinnya. Yang lulusan pesantren disalah satu pesantren di Ciebon, Ponpes
Buntet. Sungguh kedua taman pendidikan
ini memberikan wujud nyata dari metode pendidikan islam, yang implikasinya
tentu saja akan tumbuh dan menular ke lingkungan Masjid Abudzar Al Ghiffari At
Taqwa. Kondisi dan keberadaan kedua taman pendidikan Al Quran ini yang
berdekatan dengan lningkungan masjid, kedepan harusnya menjadi bagian dari
sentuhan kerja Pengurus masjid untuk
bisa merangkul dan memberikan ruang yang lebih nyaman untuk memakmurkan masjid, mengingat saat ini kedua
taman pendidikan ini, berdiri dan berkegiatan di lokasi mereka masing-masing.
Inilah kenapa dalam tulisan ini kami menyampaikan kegiataan kami mengaji dimasa
kecil dengan keberadaan masjid tempat tinggal kami sekarang, nuansa , waktu ,
fasilitas dan zaman yang berbeda, akan memberikan benang merah yang berbeda
pula, mudah-mudahan mimpi kami dan juga
mimpi kaum muslim lainnya terhadap keberadaan masjid menjadikan madrasah bagi
anak-anak muslim, baik yang sifatnnya Peribadatan, Sosial kemasyarakatan dan
Tarbiyah atau lebih luas dari itu seperti Pelayanan kesehatan, Bimbingan dan
penyuluhan serta santunan sosial seperti bea siswa, bisa terwujud, sembari kami
berdoa dan semoga diridhoi Allah SWT , menjadi golongan yg disebutkan dan
mendapat barokahnya dalam sebuah hadist dari HR Muslim “ Bacalah Al Quran karena dia
yang akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya”
Amin.
0 komentar:
Posting Komentar