
Belum genap sebulan, tepatnya tanggal 1
September 2015, Almarhumah Nenek Zaenab binti Mahmud, meninggalkan kami di lingkungan RT.08, sebagai ketua majelis Taklim
ibu-ibu di Rt.08, tak ada firasat apapun
yang hinggap di pikiran maupun hati Rekan-rekan dan jamaah taklim lainnya,
ketika sore hari tepatnnya di RS Polri kramat Jati, Jakarta, beliau
menghembuskan nafas terkhir, maka seluruh rekan, sahabat, tetangga, menantu,
cucu dan suami tercinta beliau, teramat kaget dengan berita alamrhumah telah
wafat, hari itu Allah telah memanggil orang-orang yang disayanginnya kembali ke
haribaannya.
Sesungguhnya
kematian itu adalah milik Allah, kapanpun dan pada saat apapun , ketika Allah
berkendak maka Allah akan mengambilnya. Begitu
pula dengan yang terjadi kepada ananda tersayang, AIRA, anak perempuan paling
bontot diantara 3 saudara perempuan lainnya, terlahir dari pasangan muda Lulu dengan
Iwan Gustiawan, almarhumah kecil ini adalah cucu tersayang dan termuda dari
keluarga Pak Supardi yang bertempat tinggal di Rt.08/ 18, betapa tidak
keseharaiannya bermain di rumah kakeknya, dengan profile yang sangat lucu, berpenampilan
sehat, montok dan menggemaskan bagi semua kakak-kakaknya serta teman-teman
sepermainan di rumah, apalagi lagi saat berdandan dengan pakain gamis
kecilnnya, harus menghadap Allah SWT, pada tanggal 16 September 2015, waktu
sore hari, di rumah duka Jl.Pulau Sangihe Raya 100 perumnas 3. hanya karena
panas biasa yang kemudian semakin tinggi suhu panas badannya hingga mengejang di seputaran tubuhnnya, tidak
sedikit upaya memberi pertolongan pertama, membawannya berobat dan periksa di
beberapa rumah sakit,
Tepatnya ketika panas tubuhnya mulai terasa, di hari itu,
minggu sore tanggal 13 September 2015, upaya dari Bundanya periksa awal di Dr,
Iqbal, hingga diberi rujukan ke rumah sakit Sentosa, Perumas 3, analisa di 2
rumah sakit itu, ananda Aira harus dirawat di ruang ICU, agar bisa intensif
merawat dengan alat-alat yang ada di ruang ICU.
Sungguh cerita
yanag mengharukan bagaimana sanak kelurganya mengupayakan untuk mendapatkan
ruang ICU di Sekitaran Rumah sakit yang ada di Bekasi, mulai dari RS Bela, yang
ruang ICUnya penuh, RS mitra, yang kita tahu sendiri, biaya di Ruang ICU sangat
tinggi sekali, belum harus deposit, apalagi Ananda Aira ini tidak masuk dalam
program BPJS kesehatan, yang notabene, seluruh biaya perawatan dan obat-obatan
serta ruang inap di RS harus dibiayai sendiri, sementara Ayahnya, mas Iwan,
yang hari kejadian masih ngantor di Jakarta, dijembatan lima ,Kota. Yang
dikabarkan dengan berita ini, sang Ayah, sampai menembus jalanan Jakarta yang
macet, dari Jembatan lima kota hingga Bekasi Timur, dengan menaiki Ojek, hingga
kemudian bertemu dengan Aira dan istrinnya serta neneknya di RS Sentosa, Yang terpikir disemua benak orang tua, adalah
menyelamatkan dan memberi pertolongan agar anaknya bisa segera di rawat di ICU
yang ada. Hingga akhirnya, AIRA kecil mendapat pertolongan di ruang ICU RS Adam
Thalib, Cibitung, pada jam 10 malam waktu setempat, dalam keadaan kritis dan
koma, hembusan napasnya, mulai terasa berat serta kejang yg semakin keras,
walau beberapa alat-alat di ruang ICU bekerja, namun Aira kecil ini masih belum
memberi kondisi baik, terlihat ditangan ada bilur-bilur lebam, seperti urat peredaraan
darahnnya pecah, analisa dokter Adam Thalib , ada virus di di sekitar kepala,
terutama virus yang sudah menyerang di bagian otaknnya, yang mengakibatkan
pasokan oksigen dan distribusi darah ditubuhnya mulai dirasa kurang lancar,
hingga mengakbatkan detak jantung dan kerja jantung menjadi berat. Upaya untuk
memudahkan jantungnya bekerja, juga sdh dicoba dengan bantuan obat yang
di-infus-kan melalui cara infus tersebut, namun kondisi air yang putih bersih
diwajahnya, yg masih terbaring di ruang ICU tersebut, belum menandakan kearah
yang lebih baik,
![]() |
Aira saat ketika akan disholatkan. |
3 hari sudah kondisi Aira sayang masih ada di Rumah sakit, di temani oleh ayah dan
Ibunya serta kakak Febi dan adiknya Nayla, 3 hari pula biaya rumah sakit mulai
bertambah, kondisi biaya ini, juga dirasakan oleh kedua orangtuannya, keduanya
bukan dari golongan yang mampu membayar setinggi biaya perharinya, yang hampir
6 juta perhari, tangisan dan rasa
kepedihan sangat-sangat dirasakan kedua orangtuanya, kata-kata ikhlas dan pasrah menerima semua
kejadian ini adalah yang terbaik untuk mengingat Allah, sesungguhnya anak
adalah titipan Allah SWT, ketika “titipan” tersebut diambil oleh pemiliknnya,
hanya kerelaan hatilah yang bisa mendekatkan diri dan taqwa kepada Allah, Allah
“mewafatkannya” pada hari itu, semoga Aira sayang, menghadap dengan khusnul
khotimah kembali ke surganya Allah.
Aira
sayang , lahir dengan nama lengkap Uray Almaira damitsa Gustiawan, lahir di
Bekasi tanggal 31 Desember 2013, wafat di Bekasi Rabu, tanggal 16 September
2015, sore hari. Usia yang masih muda 18 bulan, usia-usia yang begitu banyak
memberi kebahagian kedua orang tua dan kakak serta adiknya. Selamat jalan Aira
sayang, semoga Allah menempatkan yang terbaik dan bisa bertemu kembali dengan
kedua orangtuanya kelak. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar